Powered By Blogger

13 Februari 2011

Ayah, aku ingin menangis di kakimu

Ayah, maafkan anakmu yang tidak kenal adab ini. Aku sangat menyesal, kenapa harus pergi keluar kota saat wajahmu tinggal beberapa jam saja bisa ku nikmati. Misteri dan takdir Allah SWT memang sulit diterka. Sakitmu dan kematianmu seolah terekam kuat di memoriku, karena Allah SWT memberikan beliau sakit yang "sangat tiba-tiba" sekali. Saat kami sama-sama nonton TV. Masih terbayang betapa kasih sayangmu kepadaku, ayahku akan marah sekali apabila ada anak-anaknya yang memancing, atau anak-anaknya yang kalah saat berkelahi. Garis kejantanan nampak jelas tergaris di raut wajah ayahku. Mengingat beliau adalah seorang serdadu. Beliau banyak mengajarkan Ilmu tentang filosofi kehidupan kepadaku, dan bagaimana mencari uang diluar saat kantong kita di rumah kempes. Itu menjadi keunggulan beliau, pergi tanpa bekal dan pulangnya membawa banyak uang serta ahli menawar saat berbelanja. Ayah, saat ini aku ingin menangis di kakimu sembari mencurahkan semua keluhan dari bathinku yang terdalam. Ayah, tidurlah dalam damaimu, tenangmu dan ibadahmu. Semoga Allah senantiasa menempatkan engkau pada tingkat yang tertinggi dalam surgaNYA kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar