Di perumahan dimana aku tinggal saat ini, tengah ramai perguncingan tentang masalah kepengurusan Masjid. Aku miris mendengarnya karena secara langsung maupun tidak langsung aku terlibat di dalam pembangunan masjid itu sendiri. Kenapa sekarang justru di perdebatkan setelah banyak jamaah yang sholat di mesjid itu? Jauh sebelum masjid itu berdiri, telah saya ingatkan. Bahwa pada saat Masjid akan dibangunan sangat jarang yang berani maju menjadi panitia, apalagi ketua. Saat itulah aku membuat panitia kecil untuk mulai merintis pembangunannya, dasar kami membangun masjid itu adalah sulitnya tempat ibadah. Sehingga setiap Ramadhan menjelang, kami terpaksa mencari rumah-rumah BTN sekitar kompleks yang belum di huni. Kami saling bantu membantu, bergotong royong antara sesama penghuni. Konsep bangunan yang kami ajukan saat itu adalah masjid berbentuk pendopo, hal ini bukan tanpa alasan. Kami ingin masjid yang sejuk, dan terang benderang tidak banyak memerlukan listrik. Itu konsep pertama kami, tetapi belakangan konsep pendopo terpaksa kami rombak. Karena masjid kami berdiri tepat di tengah persawahan, hingga apabila angin datang atau hujan menerpa. Semua akan mengotori areal ibadah. Saat itu kembali kami gerakan tim panitia kecil tadi untuk mencari derma dan sedekah, baik di kantornya maupun dari infaq dan sedekah penghuni kompleks. Subhanallah, pembuatan dinding penutup sisi-sisi masjid dapat terbentuk. Perlahan-lahan mulai ada perbaikan, dan ornamen-ornamen masjidpun mulai terbentuk. Alhamdulillah, berkat campur tanganMU ya Rob. Masjid itu dapat berdiri dengan gagahnya, saat itu kami di intimidasi oleh developer pemilik sarana. Mereka bilang bahwa pembangunan ini illegal karena tidak pernah minta ijin sebelumnya sehingga merusak konsep layout hunian yang mereka buat. Kami protes, dan mengajukan nota keberatan. Kami bilang, kalau mau di bongkar silahkan saja! Tapi jangan salahkan kami seandainya nanti jadi urusan orang banyak!
Selanjutnya kisah senang dan sedih terus berlangsung, menghiasi perjalan panjang rumah ibadah itu yang kami beri nama Al-Hijrah. Nama tersebut kami ambil secara musyawarah dan mufakat yang terkandung makna : Hijrah dari rumah / kontrakan lama ke rumah baru. Demikian kurang lebihnya.
Saat ini aku sedih, perjalanan panjang masjid tadi mulai diperdebatkan dan mulai dipermasalahkan. Siapakah yang salah ya Allah, siapakah yang harus aku adukan lagi untuk mempersatukan kami? Siapakah yang sebenarnya "benar" menurutMU ya Rob? Semuanya hingga kini belum terjawab, karena hanya Engkaulah yang mengetahui jadwal dan waktunya kapan masjid ini akan runtuh atau maju. Wallahu A'lam