Indonesia terpuruk, Indonesia terkapar. Dimana-mana rakyat lapar, dimana-mana rakyat menderita karena butuh pengobatan dan dimana-mana korupsi menjadi ajang kontes setara Indonesian Idol. Disaat harga sembako sudah tidak lagi bersahabat, disaat harga sandang dan pangan makin mencekik leher dan sulit terjangkau tangan kita masih harus miris menyaksikan sang dewan yang terhormat berdebat tentang "Siapa yang membuang kotoran kucing dihalaman rumahnya?" Padahal sama-sama kita tahu di desa itu yang memiliki kucing mahal hanya dia, makanannyapun senilai 8 bungkus nasi warteg. Biaya pengobatannya melebihi biaya mbok kerti sang penjual nasi pecel dalam mengobati eksimnya. Mobilnya tidak cukup satu, empat buah mobil gagah dan mewah berjejer rapat memenuhi halaman garasi rumahnya yang secara sadar telah pula mencuri tanah tetangganya agar semua mobilnya bisa masuk hanya untuk membuat sebuah GARASI. Tetangganya adalah pensiunan pegawai K.A. yang sudah ditinggal mati suaminya.
Timbul pertanyaan dalam diri saya : sebenarnya untuk apa sang dewan yang terhormat itu hidup? untuk materikah? untuk "penyambung" lidah rakyat? untuk pencuri yang berbackground koruptor tingkat tinggi? Atau sekedar mencari sensasi diantara ketidak berdayaannya?